Sistem Pendidikan di Belanda

Di Belanda ada 2 macam institusi pendidikan tinggi. Yang pertama adalah HBO atau hoger beroepsonderwijs, yang terjemahan  bebasnya dalam bahasa Indonesia “pendidikan kejuruan tinggi”, dan WO atau wetenschappelijk onderwijs yang terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia “pendidikan sains”.

Institusi yang berjenis HBO biasanya disebut Hogeschool (sekolah tinggi) atau kadang-kadang diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi University of Applied Science. Di Indonesia HBO ini dapat disetarakan dengan politeknik, dan lulusannya diharapkan dapat langsung bekerja, tapi biasanya tidak terlalu banyak dibekali pengetahuan teoritis, lebih banyak praktis. Contoh Hogeschool ini misalnya Haagse Hogeschool di Den Haag dan INHolland yang mempunyai kampus di Amsterdam, Alkmaar, Haarlem, Den Haag, Delft, dan Rotterdam. Contoh jurusan yang ditawarkan di Hogeschool ini misalnya keperawatan, staf untuk pendidikan dan pendidikan khusus, turisme, teknik elektro, teknik informatika, marketing, manajemen, dll. Pendidikan HBO lamanya 4 tahun, dan lulusannya mendapat gelar Bachelor. Sekarang banyak juga Hogeschool yang menyediakan program master, yang lamanya 1-2 tahun setelah Bachelor.

Di lain pihak institusi berjenis WO biasanya disebut Universiteit (universitas) atau Technische Universiteit (universitas teknik). Dalam bahasa Inggris institusi seperti ini biasanya disebut University dan University of Technology. Universiteit biasanya mempunyai ruang lingkup yang luas,  dan jurusan yang ditawarkan bisa meliputi bahasa, seni, pendidikan, teknik, sains, dll. Contoh Universiteit misalnya Universiteit Leiden, Universiteit van Amsterdam, Vrije Universiteit (VU, Universitas Bebas) Amsterdam, Universiteit Utrecht, Rijksuniversiteit (universitas kerajaan) Groningen, dll. Ada juga universitas yang terspesialisasi ke arah pertanian, kehutanan, dan bioteknologi, misalnya Universiteit Wageningen.   Technische Universiteit atau sering disingkat TU biasanya hanya menawarkan jurusan-jurusan yang berbau sains dan teknik, kadang-kadang ditambah dengan desain. Hanya ada 3 buah TU di Belanda, yaitu TU Delft, TU Eindhoven, dan TU Twente. Perbedaan antara universitas biasa dan TU sekarang ini sering kali kabur, dan teman-teman lebih baik memfokuskan diri pada jurusan yang ditawarkan, ketimbang memilih jenis universitasnya. Universitas dan TU juga memberikan gelar Bachelor dan Master, tapi lama pendidikannya berbeda dengan Hogeschool. Di Universitas dan TU Bachelor bisa diraih setelah 1-2 tahun studi, dan Master 2-3 tahun setelah Bachelor (total lama studi untuk master 3-4 tahun). Tapi ini adalah teorinya, pada kenyataannya banyak mahasiswa yang molor waktu studinya. Hanya Universitas/TU yang dapat memberikan gelar doktor, yang biasanya diraih setelah melakukan riset sekitar 4 tahun setelah master.

Penyebab perbedaan lama pendidikan untuk gelar yang sama di Hogeschool dan Universiteit/TU  adalah perbedaan jenis sekolah menengah yang lulusannya dapat masuk ke institusi jenis HBO dan WO. Untuk bisa masuk ke HBO, seorang murid Belanda harus menyelesaikan 5 tahun pendidikan setelah sekolah dasar (8 tahun) di sekolah menengah berjenis HAVO (hoger algemeen voortgezet onderwijs) atau “sekolah lanjutan atas umum”, sedangkan untuk masuk WO pendidikan menengah yang harus ditempuh lamanya 6 tahun setelah sekolah dasar di sekolah menengah berjenis VWO (voorbereidend wetenschappelijk onderwijs) atau “sekolah persiapan sains”. Lulusan HAVO tidak dapat langsung melanjutkan ke WO, tapi bisa masuk dengan cara mengulang setahun di VWO, atau masuk dulu ke HBO, dan setelah setahun pindah ke WO. Sebenarnya masih ada satu lagi jenis sekolah menengah di Belanda, yaitu yang disebut VMBO (voorbereidend middelbaar beroepsonderwijs) atau “sekolah persiapan untuk pendidikan kejuruan menengah” yang ditempuh dalam waktu 4 tahun setelah sekolah dasar. Lulusan VMBO bisa langsung meneruskan ke MBO (middelbaar beroepsonderwijs) atau “sekolah kejuruan menengah” yang lamanya 4 tahun, dan setelah itu bisa langsung bekerja. Lulusan VMBO tidak bisa langsung meneruskan ke HBO, apalagi ke WO. Untuk masuk ke HBO, lulusan VMBO dapat mengulang setahun di HAVO, atau setelah lulus dari MBO dapat masuk ke HBO. Pemilihan jenis sekolah menengah yang akan diikuti, apakah VMBO, HAVO, atau VWO, secara prinsip ditentukan oleh peserta didik sendiri, tapi biasanya didasarkan pada hasil tes yang dilakukan pada akhir sekolah dasar. Sebagai catatan sekolah dasar di Belanda dimulai pada umur 4 tahun (kelas 1 dari 8). Walaupun tampaknya ada diskriminasi, lulusan VMBO, HAVO, dan VWO secara umum semuanya bisa hidup dengan layak di Belanda. Salah satu faktor penting adalah usia mulai bekerja, misalnya VMBO-MBO sekitar 19 tahun, sedangkan HAVO-HBO (bachelor) 21 tahun, dan VWO-WO (master) 22-23 tahun. Juga tiap jenis pendidikan mempunyai lingkup pekerjaan tersendiri, yang tidak bisa dimasuki oleh lulusan pendidikan lain. Misalnya untuk menjadi tukang instalasi listrik di rumah, perusahaan tidak boleh menerima lulusan universitas. Untuk lulusan sekolah menengah di Indonesia, biasanya bisa langsung masuk ke HBO atau WO.

Sistem Pendidikan Tinggi di Belanda

Ada dua tipe pendidikan tinggi di Belanda: universiteit dan hogeschool. Universiteit (WO) memfokuskan pendidikan dalam teori dan riset, sedangkan hogeschool (HBO) berfokus kepada praktikal, mempersiapkan pelajar siap untuk terjun ke dunia kerja.

Universiteit dan hogeschool menyediakan program bachelor dan master. Hingga saat ini, program doktoral hanya dapat diikuti di universiteit.

schema-onderwijs

schema-onderwijs

Gelar /diploma

Di universiteit, program reguler berlangsung selama lima tahun, apabila lulus, kita berhak atas title Doktorandus (Drs) ataupun Ingeneur (Ir). Titel ini setingkat dengan program master di Indonesia. Dengan sistem yang baru, gelar tradisional Belanda tetap ada, tetapi ada tambahan gelar bachelor of science atau master of science.

Di hogeschool, program reguler berlangsung selama empat tahun dan apabila lulus, kita mendapat gelar bachelor of applied science, bachelor of applied arts, master of applied science, atau master of applied arts.

Sumber:

– http://educatie-en-school.infonu.nl/diversen/35968-nederlands-schoolsysteem.html

– http://eduinfo4u.wordpress.com

Sejarah Belanda Selayang Pandang

Belanda yang kita kenal saat ini sebagian besar merupakan hasil karya manusia. Proses “penciptaan” negara Belanda dilakukan melalui:

–      pembangunan bendungan air

–      pengeringan lahan

–      pembangunan tanggul-tanggul.

Kata-kata kunci dalam sejarah modern negara Belanda: “penyesuaian diri dengan air dan perjuangan melawan banjir”

Kawasan yang sekarang disebut Belanda adalah delta sungai di benua Eropa. Posisi geografi tersebut menentukan sejarah Belanda selama berabad-abad. Pada periode 4500 SM, masyarakat agraris mulai berkembang di sini.

Pada masa awal era Kristen, daerah Belanda menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Pada abad-abad berikutnya, daerah yang sekarang kita kenal sebagai negara Belanda menjadi bagian dari kekaisaran lain yang lebih besar. Pada 1590 bentuk geografis Belanda yang ada sekarang mulai terpetakan. Namun, wilayah perbatasan berubah-ubah secara dramatis.

Kehidupan beragama:

Kehidupan beragama dan konsep ketuhanan dalam sejarah negara Belanda tidak banyak diketahui. Berkat Tacitus (salah satunya), diperoleh informasi tentang bentuk-bentuk Tuhan yang disembah pada saat itu:

± 600-700 M: Masyarakat di negara-negara dataran rendah mulai memeluk agama Kristen. Pada masa itu, rumah-rumah ibadah pusat-pusat kebudayaan.

Abad ke-16 dan ke-17: perang membela doktrin kebenaran.  Pada masa ini, Kristen masih menjadi bagian penting dalam budaya Belanda.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Perbatasan Romawi; Willibrord; Desiderius Erasmus; Beeldenstorm;  Statenbijbel

Bahasa Belanda:

Bahasa tulis tertua tercatat tercatat sejak tahun 1100 dan ditulis oleh seorang pendeta Flandria. Tulisan dalam “bahasa ibu” baru dikenal pada Abad ke-16. Pada masa ini, kemahiran dan penggunaan bahasa merupakan simbol penting dalam justifikasi status sosial dalam kehidupan bermasyarakat:

Latin: kaum terpelajar

Prancis: kaum elit

Setiap daerah memiliki punya dialek sendiri.  Belanda punya sejarah kesusastraan yang panjang dalam bahasanya sendiri, dan batas-batas bahasa tidak sejajar dengan batas-batas politis.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Hebban olla vogala; Statenbijbel; Max Havelaar; Annie M.G. Schmidt

Negara urban dan jalur perdagangan di mulut sungai Rhine, Schelde dan Maas

± 1100: urbanisasi mulai terjadi di Belanda dan pusat-pusat perdagangan tumbuh

Pusat kegiatan: di selatan (Flandria dan Brabant) -à sekitar tahun 1500 bagian utara (propinsi Holland) menjadi pusat perdagangan yang kuat.

Sejak sekitar tahun 1600, propinsi Holland dan Zeeland menjadi pusat perdagangan yang penting di Eropa à era modern meneruskan fungsi ini.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Liga Hanseatik; Lingkaran Kanal; Pelabuhan Rotterdam

Republik Tujuh Serikat Belanda : dibentuk melalui pemberontakan

Penduduk di kota-kota kecil mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan kaum bangsawan. Pertanda adanya perseteruan kepentingan itu sudah ada sejak awal. Pada akhir Abad Pertengahan, para penguasa Burgundi mencoba memerintah negara-negara di bawah laut di bawah satu administrasi, tetapi kebijakan ini ditentang oleh penduduk maupun kaum bangsawan. Pada Abad ke-16, perlawanan ini bercampur aduk dengan seruan Reformasi. Perang pun pecahlah dan kaum bangsawan menjadi “gueux’ (pengemis). William van Oranje tampil menjadi pemimpin kaum Pemberontak dan karenanya dikenal sebagai “Bapak Bangsa”. Struktur politik yang unik dan dikenal sebagai “Republik” berkembang setelah kematiannya yang tragis tahun 1584. Ciri khas dari Republik adalah  kekuasaan administratif para pemimpin daerah; otoritas pusat yang lemah dan toleransi beragama.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Floris V; Charles V; Beeldenstorm; Willem Oranje; Republik; Hugo Grotius; Spinoza; Lingkaran Kanal

Masa Keemasan

Republik Tujuh Serikat Belanda à superpower (ekonomis,politis dan budaya) di Eropa Abad ke-17. Kaum imigran (Yahudi, Flemings, Huguenots) berperan penting mewujudkan Masa Keemasan tersebut.

Kebudayaan: lukisan Abad ke-17 sangat mengagumkan. Perkapalan, pasar bahan baku, pengelolaan lahan,industri sangat maju.

Secara politis: Republik merupakan bentuk pemerintahan yang unik di benua yang dikuasai oleh monarki.

Tahun 1672 merupakan tahun yang penuh bencana, pertanda meredupnya Masa Keemasan. Setelah itu, Republik tidak menonjol lagi di panggung Eropa. Secara ekonomi dan budaya, Republik juga tidak berperan penting lagi sejak akhir Abad ke-17.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Hugo Grotius; Rembrandt; Michiel de Ruyter; Atlas Major Blaeu; Christiaan Huygens; Spinoza; Villa-villa Mewah

Kewirausahaan dan Kekuasaan Kolonial

Kapal-kapal Belanda mulai berlayar sejak ± tahun 1600. Pada saat itu, Eropa merupakan pusat perdagangan dunia. Kegiatan perdagangan juga dilakukan di Asia, Afrika dan Amerika à  Daerah-daerah koloni tumbuh di Asia dan Amerika.

Abad ke-19, sentralisasi pemerintahan Belanda di daerah koloni telah mengakibatkan perang yang panjang (termasuk peperangan di Indonesia, Suriname, dan Antilian), dan sampai saat ini, Belanda masih menjalin hubungan yang erat dengan Indonesia, Suriname dan Antilian.

Telusuri lebih lanjut mengenai: VOC; Atlas Major Blaeu; Perbudakan; Max Havelaar; Indonesia; Suriname dan Antilian; Keberagaman di Belanda

Negara-bangsa, monarki konstitusional

Paruh kedua Abad 18: pengaruh aliran Pencerahan:

  • tumbuh kebutuhan untuk menambah dan menyebarkan ilmu pengetahuan.
  • gagasan baru tentang penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat banyak didiskusikan.
  • gerakan Patriot yang mencoba membatasi kekuasaan Stadholders (para gubernur)
  • kesempatan lebih besar bagi masyarakat untuk berpendapat (pada awalnya menemukan jalan buntu).

Bangsa Belanda pada era modern dibentuk antara 1795 dan 1848, dan fondasinya telah dibangun pada periode Prancis (1795-1813). Setelah kekalahan Napoleon: Willem I, putra dari Stadholder (gubernur) terakhir menjadi raja dari serikat kerajaan. “Restorasi” Belanda ini tidak berlangsung lama karena Brussels bergabung dengan kaum pemberontak pada tahun 1830.

Pada tahun 1848, fondasi bagi terbentuknya sebuah monarki konstitusional (sebagaimana Belanda saat ini) dikukuhkan dengan dirancangnya Konstitusi oleh Thorbecke. Kerajaan ini kemudian menjadi kekuasaan kecil yang teguh pada sikap netralnya.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Villa-villa mewah; Eise Eisinga; Patriot; Napoleon Bonaparte; Raja William I; Konstitusi

Bangkitnya Masyarakat Modern

Sejak ± tahun 1870: Amsterdam, Rotterdam, Den Haag dan Utrecht tumbuh menjadi perkotaan. Industrialisasi di kawasan itu terjadi relatif terlambat, padahal pembangunan jalur kereta api sudah dimulai tidak lama sebelumnya. Pembangunan rel kereta api memberikan keuntungan bagi mobilitas warga, salah satu contohnya adalah jarak menjadi semakin kecil: integrasi Belanda dimulai.

Pemerataan (diatur oleh undang-undang) à semakin kuat.

Orang-orang “biasa”: – menuntut diperhitungkan oleh masyarakat dan politik.

– hak pilih pada pria (1917) dan wanita (1919).

 

Para seniman “modern”: – tidak lagi sebagai penopang tradisi artistik yang mapan

– memberikan kesempatan untuk menjadi artistik yg inovator.

Dalam kesusastraan:  tercermin dalam “Gerakan Delapan Puluh”

Dalam seni lukis: aliran Impresionis dan Pasca-Impresionis

Dalam seni terapan: gerakan Art Nouveau dan Modernisme.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Jalur kereta api pertama; Perlawanan terhadap tenaga kerja anak-anak; Vincent van Gogh; Aletta Jacobs; Perang Dunia Pertama; De Stijl

Belanda pada Perang Dunia (PD)

Belanda mencoba menghindari keterlibatan dalam konflik-konflik besar di Eropa. Sikap netral ini berhasil pada PDI, tetapi setelah PDI Belanda ditarik masuk dalam krisis global sehingga mau tidak mau Belanda ikut terseret dalam kolonisasi Nazi Jerman.

Periode paling buruk pada saat pendudukan Jerman adalah pemboman Rotterdam, deportasi dan pembunuhan kaum Yahudi serta kelaparan pada musim dingin.

Di Asia, perang dimulai tahun 1942, tetapi setelah kemerdekaan tahun 1945 sebuah perang baru berkobar dan tidak berakhir hingga tahun 1949. Perang Dunia Kedua dirujuk sebagai “masa lalu yang menolak menjadi sejarah”.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Perang Dunia Pertama; De Stijl; Tahun-tahun Krisis; Perang Dunia Kedua; Anne Frank; Indonesia

Negara Kesejahteraan, demokratisasi dan sekularisasi

Rekonstruksi dimulai segera setelah Perang Dunia Kedua berakhir. Setelah tahun-tahun yang penuh kerja keras dan kemiskinan berlalu, pada tahun 1950-an merupakan periode saat terjadinya perubahan besar dalam gaya hidup masyarakat Belanda. Negara kesejahteraan dan masyarakat yang makmur melahirkan peningkatan standar kehidupan secara drastis. Selain itu, orang-orang memutuskan hubungan mereka dengan gereja, kelompok sosial politik dan keluarga. Perubahan ini ditandai dengan hubungan yang tidak begitu hirarkis lagi antara orangtua dan anak, perubahan peran pria dan wanita dan semakin terbukanya pandangan tentang seksualitas. Dalam kaitannya dengan politik, hal ini sangat erat berhubungan dengan gerakan yang kuat menuju demokratisasi : otoritas kelompok elit yang mapan mulai dipermasalahkan.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Willem Drees; Banjir Besar; Televisi; Pelabuhan Rotterdam; Annie M.G. Schmidt; Sumber gas alam

Diversifikasi Belanda

Setelah Perang Dunia Kedua, Belanda terlibat dalam perang kolonial melawan gerakan kemerdekaan Indonesia. Selama dan setelah perang itu, banyak orang Belanda, Indo-Eropa dan Maluku pindah ke Belanda.

Gelombang imigran lainnya menyusul : pada tahun 1960-an, para pekerja dari negara-negara Mediterania tiba, pada saat dekolonisasi Suriname (1975) orang-orang juga datang dari bekas negara jajahan tersebut dan kemudian dari Belanda-Antilian, disusul  dari berbagai negara lainnya. Masyarakat Belanda berubah dengan meningkatnya imigrasi. Tak terelakkan lagi muncullah ketegangan antara penduduk yang sudah mapan dan penduduk yang baru.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Indonesia; Suriname dan Antilian; Keberagaman di Belanda

Belanda di Eropa

Setelah Perang Dunia Kedua diikuti oleh Perang Dingin, Belanda menjadi semacam penengah dalam kerjasama Atlantik dan Eropa. Begitu Perang Dingin berakhir, kerjasama Eropa dengan cepat berkembang. Pada tahap ini, Belanda juga aktif dalam berbagai misi perdamaian PBB.

Telusuri lebih lanjut mengenai: Srebrenica; Eropa

Sumber: beragam baik online maupun offline

Simbolisasi Negatif terhadap Islam sebagai Fenomena Perkotaan di Belanda

Dalam pemahaman Barthes, teks yang tediri dari deretan huruf-huruf dipandang sebagai bentuk. Teks diibaratkan sesiung bawang yang dapat dikupas hingga ke lapisan paling akhir. Ketika sampai pada lapisan terakhir, bawangnya sendiri sudah tidak ada. Karena memahami teks dengan analogi bawang tadi, maka teks tak memiliki kesatuan dalam pengertian esensial. Dengan menganggap teks sebagai “yang dapat berbicara sendiri”, terjadi kecenderungan untuk menghilangkan subjek (pengarang).

Istilah semiologi pertama kali dikenalkan oleh Ferdinand de Saussure . Definisi umum semiologi adalah ilmu yang mempelajari tanda dan penanda. Mitos termasuk dalam wilayah semiologi karena mitos merupakan tipe wicara yang membahas mengenai tanda. Ferdinand de Saussure memiliki dua istilah dalam semiologi yaitu signifiant (penanda) dan signifié (petanda/ yang ditandakan). Petanda adalah konsep sedangkan penanda adalah gambaran akustik. Hubungan antara penanda dan petanda bukanlah kesamaan melainkan bersifat ekuivalen. Bukan yang satu membawa yang lain, tetapi korelasi yang menyatukan keduanya [Hawkes 1977: 22].

Berdasarkan Semiologi yang telah dirumuskan oleh Saussure, Barthes kemudian mengembangkannya. Menurut Barthes , dalam semiologi terdapat tiga istilah: penanda, petanda, dan tanda (sign). Ketiganya memiliki implikasi fungsional yang erat dan berperan penting dalam menganalisis mitos sebagai bentuk semiologi. Mitos terbentuk berdasarkan tiga istilah itu, namun mitos adalah suatu sistem khusus yang terbangun dari serangkaian rantai semiologis yang ada sebelumnya. Mitos adalah sistem semiologis tingkat kedua. Tanda pada sistem pertama menjadi penanda pada sistem kedua. Dengan kata lain, mitos adalah penandaan tingkat kedua.

Berdasarkan semiotika yang dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan dua sistem penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi [Hoed 2011 :45—49]. Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi—atau sistem penandaan tingkat kedua—rantai penanda/petanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi

Analisis

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, yang dikembangkan Barthes adalah konotasi dengan berdasar pada konsep de Saussure tentang signifiant-signifié. Jika menurut de Saussure, bahasa bersifat statis, misalnya ‘Islam’ memiliki makna ‘sebuah agama samawi dari Asia Barat’. Hal demikian disebut Barthes sebagai primary sign yang didapatkan melalui relasi (R) expression (signifiant/penanda) dan content (signifié/petanda). Primary sign merupakan R1 yang menghasilkan makna denotasi. Barthes memaparkan bahwa baik expression (E) maupun content (C) masih dapat dikembangkan. Jika segi E yang dikembangkan maka yang berlaku adalah hubungan sinonim atau metabahasa, misalnya mengganti kata ‘Islam’ dengan ‘Muslim’. Dalam menjelaskan teori konotasi-nya, Barthes lebih menekankan pengembangan pada segi C. Kata ‘Islam’ setelah mengalami pengembangan content dapat bermakna “orang-orang di Belanda Barat yang beragama Islam yang terdiskriminasi”, “etnis yang eklusif”, “etnis yang mengancam keamanan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar yang berlaku di Belanda”. Makna-makna tersebut disebut makna konotasi. Maka konotasi akan sangat bergantung pada bagaimana seseorang pemakai bahasa menilai suatu kata. Makna “orang-orang yang didiskriminasi” mungkin hanya berlaku di kalangan aktivis pembela hak-hak azasi manusia.

Makna konotasi dalam perkembangannya dapat berubah menjadi makna denotasi. Jika makna kata ‘Islam’ memiliki konotasi ‘orang-orang yang mulai mendominasi politik dan perekonomian di Belanda yang mulai menjadi ancaman bagi warga negara asli Belanda’ dan makna itu diyakini secara umum dan telah dianggap wajar dalam suatu masyarakat meskipun bertentangan dengan kenyataan maka makna “etnis yang mulai mendominasi politik dan perekonomian di Belanda yang mulai menjadi ancaman bagi warga negara asli Belanda” menjadi sebuah mitos. Jika mitos semakin intens dan kuat diyakini oleh suatu masyarakat tertentu, maka mitos pun dapat berubah menjadi ideologi, dan kemudian ideologi ini menjadikan Islam sebagai simbol dari suatu hal yang bersifat ancaman dan berdampak negatif bagi warga negara asli Belanda.

Dalam mitos, konstruksi penandaan pertama adalah bahasa/teks[1]/sistem denotasi sedangkan yang kedua disebut Barthes sebagai metabahasa / sistem konotasi. Bagan dan contoh lain di bawah ini dapat membantu dalam memahami semiologi Barthes.

 

 

 

Mitos

Bahasa
  1. Penanda (Islam)
  2. Petanda ( Islam sebagai simbol kehidupan multikultur di Belanda)
 

 

 

 

   
  1. Tanda

I.Bentuk (Islam sebagai simbol kehidupan multikultur di Belanda)

  II. Konsep/ Petanda”(Muslim mendapat tempat dan posisi penting di dalam kehidupan bermasyarakat di Belanda)
    III. Pemaknaan / Tanda “ (Islam menjadi “ancaman” bagi warga pribumi Belanda)  

 

Berdasarkan contoh yang telah diberikan melalui bagan di atas, dengan bentuk dan konsep, yaitu Muslim mendapat tempat dan posisi penting di dalam kehidupan bermasyarakat di Belanda, maka pemaknaannya adalah Islam merupakan ancaman bagi warga pribumi Belanda. Dengan demikian, Islam di Belanda menjadi simbol masalah di Belanda.

Perkembangan Islam dari awal dengan damai yang telah memberikan makna positif di dalam kehidupan bermasyarakat Belanda yang lambat laun berubah menjadi simbol keberagaman kehidupan bermasyarakat di sana (masyarakat multikultur di Belanda) ternyata memasuki babak baru pada saat ini. Dengan teori mitos dan mitologi Rolland Barthes, kita bisa sama-sama menelusuri proses perubahan pandangan dan pemaknaan masyarakat Belanda terhadap Islam.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, selain simbol positif yang terdapat di dalam Islam terkait dengan kehidupan masyarakat yang multikultur di Belanda, pergerakan kehidupan bermasyarakat di Belanda ternyata menimbulkan pandangan dan pemaknaan baru yang bersifat negatif mengenai Islam. Dimulai dari pertikaian internal antara masyarakat Belanda keturunan Turki dan Marokko yang cukup mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat sampai pada beberapa kasus pembunuhan terhadap publik figur Belanda yang memiliki pandangan ekstrim terhadap Islam.

Keadaan seperti ini menimbulkan aksi-aksi menentang Islam di Belanda, dan kelompok ekstrim kanan yang sangat chauvinistis banyak melakukan propaganda yang bersifat diskriminatif terhadap umat Muslim di Belanda. Salah satu aksi diskriminatif yang paling terkenal adalah ditampilkannya filem pendek berjudul Fitna oleh Geert Wilders yang berisi tentang propaganda betapa Islam adalah agama dengan ideologi dan ajaran yang sangat kejam dan barbar.

Popularitas Wilders setelah kemunculan filem pendek Fitna menjadikannya publik figur baru di Belanda yang sekarang menjadi politikus yang sangat berpengaruh di Belanda. Banyak keputusan-keputusan dan kebijakan yang dicetuskan oleh Wilders bersifat diskriminatif terhadap kaum pendatang, khususnya yang berasal dari negara dengan jumlah penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam. Aksi-aksi Wilders yang diterapkan ke dalam kebijakan-kebijakan politik ini dengan pasti menimbulkan suatu ketakutan terhadap kaum pendatang (xenophobia) dan juga ketakutan terhadap Islam (Islamophobia).

Jika ditelaah lebih dalam, kasus-kasus pembunuhan terhadap publik figur yang berpikiran ekstrim terhadap Islam itu bisa dimaknai sebagai beberapa bentuk reaksi terhadap pergeseran pandangan dan pemahaman terhadap Islam di Belanda. Aksi propaganda dan kebijakan-kebijakan publik yang bersifat diskriminatif terhadap Islam telah menimbulkan reaksi cukup ekstrim dari mereka yang merasa terdiskriminasi.

Kesimpulan

Di Belanda telah terjadi pergeseran pandangan dan pemaknaan terhadap Islam dan penganutnya (Muslim). Dari awal masuk dan berkembangnya Islam di Belanda yang berlangsung secara damai dan Islam berhasil menjadi bagian dari masyarakat Belanda yang memberikan dampak positif terhadap Belanda terkait dengan kehidupan masyarakat yang sangat multikultur menjadi suatu agama dan kelompok manusia yang ditakuti dan tidak dikehendaki keberadaannya karena mereka perlahan tapi pasti terlabeli sebagai simbol masalah di Belanda.

Banyak faktor yang berperan dalam pergeseran pandangan dan pemaknaan masyarakat Belanda terhadap Islam. Perbedaan nilai-nilai dasar yang dianut oleh Islam dengan masyarakat Belanda, kejahatan teroris internasional yang dilakukan oleh kelompok Islam garis keras, posisi strategis di dalam negeri Belanda yang pelan-pelan dilakoni oleh umat Muslim di Belanda, dan propaganda negatif tentang Islam oleh kelompok-kelompok ekstrim kanan Belanda memiliki andil yang sangat besar terhadap simbolisasi Islam sebagai suatu masalah di Belanda.

Proses simbolisasi Islam menjadi simbol masalah di Belanda dapat dijelaskan dengan bagan yang telah dijelaskan pada bagian analisis: dengan bentuk dan konsep, yaitu Muslim mendapat tempat dan posisi penting di dalam kehidupan bermasyarakat di Belanda, Kelompok Islam garis keras yang melakukan kejahatan teror internasional, perbedaan nilai-nilai dasar antara Islam dengan Belanda, dan konflik internal antara umat Muslim keturunan Turki dengan umat Muslim keturunan Marokko, maka pemaknaannya adalah Islam merupakan ancaman bagi masyarakat Belanda. Dengan demikian, Islam di Belanda menjadi simbol masalah di Belanda.

Bibliografi

Anonim. 2010. De Posistie van Moslims in Nederland: Feiten en Cijfers. Utrecht: FORUM-Instituut voor Multiculturele Vraagstukken.

Barker, Chris. 2009. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Barthes, Roland. 1972. Denotation and Conotation. Element of Semiology. London: Jonatahan Cape.

———————. 2006. Mitologi. Yogyakarta : Kreasi Wacana.

Geuijen, C.H.M. 1998. Werken aan Ontwikkelingsvraagstukken Multiculturalisme. Utrecht: Lema  BV.

Hawkes, Terence. 1977. Structuralism and Semiotics. California: University of California Press.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.

Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Yogyakarta: Indonesiatera.

http://www.dakhorst.nl/dossiers/islam/gastarbeiders.htm diunduh pada tanggal 19 Desember 2012.



[1] Pada tulisan ini yang menjadi “teks” adalah Islam, bukan sekedar tanda bahasa pada tataran linguistik.