Menurut Gramsci, hegemoni merupakan suatu upaya dominasi dengan atau tanpa kekerasan yang nantinya dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar. Frasa “dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar” merupakan poin utama yang harus dicapai dalam konsep hegemoni oleh Gramsci. Konsep hegemoni menurut Gramsci lebih condong ke arah budaya dan intelektualitas. Pelaksanaan hegemoni Gramsci memiliki dua tahapan: 1. Tahap dominasi, 2. Tahap pengarahan. Tahap dominasi dilakukan oleh kelompok/isntutusi/negara/kelas yang ingin memasukkan ide-/paham-nya, sedangkan tahap pengarahan merupakan pengarahan yang dilakukan oleh pihak yang telah berhasil melakukan dominasi terhadap kelas/kelompok yang terdominasi. Tahap hegemoni menurut Gramsci merupakan suatu tahap arah menuju perjuangan sampai pada kesadaran yang tidak hanya didasari oleh kebutuhan ekonomi, melainkan koheren dalam konsepsi ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Intelektual organis merupakan salah satu instrumen untuk melawan hegemoni , yaitu suatu institusi/kelompok/kelas yang langsung bersentuhan dengan kelas yang terdominasi dan bisa memberikan edukasi kesadaran terhadap apa yang sedang dialami oleh kelompok yang terdominasi untuk melawan suatu hegemoni demi tercapainya kepentingan kelompok masyarakat/kelas tersebut. Contoh kaum intelektual organis: LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), wartawan, penulis, dan cendikiawan. Dengan bidangnya masing-masing, kaum intelektual organis bisa langsung menyentuh masyarakat/kelas yang terdominasi untuk memberikan edukasi kesadaran terhadap apa yang sedang dialami oleh masyarakat/kelas yang terdominasi untuk melawan suatu hegemoni demi tercapainya kepentingan kelompok masyarakat/kelas tersebut.
Cahtarsis dalam pemikiran Gramsci merupakan suatu transformasi kesadaran yang pada awalnya didasari oleh kepentingan suatu kelompok menjadi kepentingan global (kepentingan orang banyak yang bersifat objektif). Contoh: sekelompok tukang becak yang tidak sadar dibayar sangat murah dan tetap harus memenuhi target setoran minimal yang ditetapkan oleh juragan becak diberikan edukasi oleh kaum intelektual organis (misal: LSM atau kelompok yang concern terhadap kesejahteraan hidup kelas bawah, khususnya tukang becak) untuk protes melawan kebijakan juragan becak demi meningkatnya standar kelayakan hidup mereka. Nantinya kelompok tukang becak tersebut akan melakukan hal-hal bersifat protes berdasarkan pengetahuan edukasi yang diberikan oleh kaum intelektual tersebut. Selanjutnya, sampai pada suatu saat kelompok tukang becak tersebut bergerak untuk memenuhi tuntutan mereka berdasarkan kesadaran dari mereka sendiri tentang perlunya mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, dan pada akhirnya isu berkembang tidak hanya pada suatu kelompok tukang bceak tertentu, tetapi berlaku untuk kepentingan seluruh kelompok tukang becak yang ada, dan mungkin juga bisa berkembang pada level kelompok kelas bawah pada umumnya (kepentinga orang banyak/global), maka transformasi inilah yang disebut sebagai catharsis dalam hegemoni Gramsci.
NB: Tulisan ini merupakan tugas mata kuliah Filsafat Eropa pada Program Pascasarjana Kajian Wilayah Eropa Universitas Indonesia yang telah dikumpulkan pada tanggal 1 April 2012 kepada dosen terkait. Dosen: Suma Riella Muridan, M.Hum.
mantap penjelasannya, ringkas namun jelas